Ketut Rasna (foto net) |
BALIKPAPAN, KABARKALTIM.CO.ID-Kepala Badan
Narkotika Nasional Kota (BNNK)
Balikpapan I Ketut Rasna menyatakan prihatin atas kasus ngelem yang
terjadi di kalangan pelajar di Kota Balikpapan. Apalagi, kecanduan ngelem menurutnya
lebih bahaya daripada mengonsumsi sabu-sabu.
Seperti kasus yang
dialami, seorang anak yang diserahkan orang tuanya sendiri ke polisi lantaran
kecanduan ngelem dan ngomix. Akibat keseringan ngelem,
hal ini mempengaruhi kemampuan berpikir si anak. “Akibat ngelem, apa
yang kita tanyakan, jawabannya nggak nyambung,” tutur Ketut saat ditemui di
kantornya baru-baru ini.
Di samping
memengaruhi kemampuan berpikir, kecanduan ngelem dan ngomix juga
membuat anak mencuri uang orang tuanya sebesar Rp 1 juta. Ia bahkan tidak
pulang berhari-hari. Menurut Ketut, ada berbagai macam lem yang biasa dipakai
anak-anak remaja untuk ngelem.
Umumnya para
remaja dan pelajar tersebut berusia antara 12 hingga 17 tahun. Dalam beraksi,
anak-anak tersebut ngelem di tempat sepi. Tak hanya lem, Komix sampai 10 sachet
pun turut disikat.
Menurut Ketut, ngelem
dan ngomix lebih berbahaya daripada sabu-sabu, karena memiliki
efek jangka pendek yang bisa menghancurkan syaraf otak. “Lem Fox, Castol,
Rajawali, sama Komix. Lem buat dihisapnya. Lebih berbahaya daripada sabu-sabu.
Kalau sabu-sabu itu dampaknya lama. Kalau lem ini tidak memakan waktu yang
lama, hasilnya sudah seperti itu," jelasnya.
"Sudah tidak
sekolah. Karena kalau sudah begini jangankan disuruh sekolah, sudah kena
pengaruh ini mikir aja nggak bisa,” tambahnya. Ia mengimbau agar pemerintah dan
dinas-dinas terkait, berperan aktif dan memberikan perhatian secara khusus
dalam menangani masalah ini.
Karena
menurutnya, sepanjang 2015, sudah banyak remaja dan pelajar yang ditangkap
kedapatan ngelem. Biasanya BNNK dan
Kepolisian hanya memberikan pembinaan, setelah didata selanjutnya dilakukan
pembinaan oleh orang tua, karena remaja-remaja ini masih dilindungi UU
Perlindungan Anak.(andi ar evrai)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar