April 03, 2016

IPM Kutim Terendah se-Kaltim




Rekontruksi belanja modal pemkab Kutim. (bahar sikki/KK)
KUTIM, KABARKALTIM.CO.ID- Belanja modal menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menurut  hasil Badan Pemerika Keuangan dan Pembangunan (BPKP)  Kaltim, pihaknya menemukan  adanya sejumlah transaksi yang dananya sudah dicairkan, namun barang yang dimaksud belum diterima.


“Ini salah satu persoalan sehingga Pemkab Kutim sudah tiga tahun berturut-turut penilaian laporan  kinerja  pemerintah hanya wajar dengan pengecualian atau WDP. Yang tahun-tahun sebelumnya Kutim mendapat  disclaimer. Mudah-mudahan setelah dilengkapi kekurangan data administrasi belanja modal, Kutim bisa memperolah nilai WTP atau wajar tanpa pengecualian,” kata Redi Kusano dalam rekonstruksi belanja modal di ruang Meranti, Kantor Bupati Kutim, Rabu (2/3/2016)


“Ini yang banyak. Belanja modal yang uangnya sudah dicairkan tapi justru barangnya belum dicek, belum dilihat,” ungkap Refi Kusano.

BPKP Kaltim berharap laporan belanja modal harus segera dilengkapi. Agar kinerja pemkab Kutim terukur. Sebagai daerah otonomi pemekaran dari induk Kabupaten Kutai berdasar Undang- Undang Nomor 47 Tahun 1999 silam dengan APBD 2015 Rp 3, 4 triliun seharusnya memberi dampak perubahan kemajuan pembangunan luar biasa di Kutim. Tapi  capaian pembangunan yang didambahkan belum seutuhnya terrealisasi.


Wakil Bupati Kasmidi Bulang menyatakan, Kutim secara nasional  besaran APBD-nya menempati posisi urutan ketiga. Dan, se-Kaltim, Kutim berada di urutan kedua setelah Kabupaten Kutai Kartanegara  dari besaran APBD. Namun, indeks pembangunan manusia (IPM), Kutim terbentuk rendah se-Kaltim  setelah terbentuk provinsi Kaltara. “Masa KTT (Kabuparen Tana Tidung, Red), Kutim kalah. Kita malu,” ucap Kasmidi Bulang dalam arahan pembuka rekontruksi belanja modal yang diikuti pihak dinas, badan, kantor dan bagian di lingkup Pemkab Kutim.


Kedepan, kata Kasmidi Bulang, pembangunan di Kutim harus lebih bergeliat agar masyarakat bisa merasakan kesejahteraan. Melalui visi misi membangunan agribisnis menuju kemandirian bisa diwujudkan. Tiap desa bakal mendapat dana antar Rp 2 M  sampai Rp 5 miliar tiap tahun. Dana itu bukan termasuk ADD (alokasi dana desa,Red). “Bukan lagi membangun desa, tapi desa membangun,” tukasnya. (bahar sikki)
Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Follow Kami

NEWS UPDATE

POPULER

INFO LOWONGAN KERJA

JADWAL PENERBANGAN BANDARA SAMS SEPINGGAN BALIKPAPAN

INFO CUACA KALTIM